Melihat Persepsi Korupsi Masyarakat: Analisis Kolektivisme dan Gaya Pengambilan Keputusan

Main Article Content

El Syafira Saragih
Yansa Alif Mulya

Abstract

Berdasarkan data dari Transparency Internasional for Indonesia (2023) dan Badan Pusat Statistik Indonesia (2024), menyatakan bahwa CPI atau Indeks Persepsi Korupsi negara Indonesia turun sebesar 0,07 poin dari 3,96 di 2023 menjadi 3,89 pada 2024.  Praktik  korupsi di Indonesia sendiri sudah mengakar, sistematis, kolektif dan berevolusi bentuk dan rupanya. Pada penelitian ini, peneliti berusaha untuk melihat persepsi korupsi masyarakat Indonesia pada saat ini dengan pengaruh budaya kolektif dan dimediasi oleh gaya pengambilan keputusan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif model mediasi (N = 120) dengan menyebarkan survei online. Analisis menggunakan tiga alat ukur berdasarkan CVS Scale dari Yoo (2016), GDMS oleh Baiocco, dkk (2009), dan CPS Scale dari Vieire, dkk (2022). Variabel kolektif (β = 0.204, F (1, 118) = 47.93, p = < 0.05), persepsi dan tipe pengambilan (β = 0.853, F (1, 118) = 85.15, p = < 0.05) dapat memprediksi satu sama lain. Gaya pengambilan keputusan (β = .137) mampu memediasi hubungan antara kolektif (β = .132) dengan persepsi korupsi. Berdasarkan analisa yang telah dilakukan, kolektif dan gaya pengambilan keputusan hanya mampu menjelaskan 45,9% dari persepsi tentang korupsi. Sehingga, masih banyak faktor yang mendorong praktik korupsi di Indonesia yang dapat dibahas pada penelitian selanjutnya.

Article Details

Section
Articles